Permainan
tradisional yang dilakukan oleh anak-anak sangat banyak dan menjadi kekayaan
budaya berupa permainan tradisional yang tersebar di seluruh Jawa Timur.
Permainan tradisional memiliki kegunaan baik untuk olah spiritual, olah sosial,
oleh pikir, dan olah raga. Dalam
kurikulum tahun 2013 hal ini sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) KI-1 berupa
penilaian sikap spiritual, KI-2 berupa penilaian sikap sosial, KI-3 berupa
penilaian kemampuan berpikir, dan KI-4 penilaian ketrampilan. Permainan
tradisional umumnya dilakukan oleh anak-anak, walaupun ada juga yang dilakukan
oleh orang dewasa. Permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak seperti bekthor, dheg pyar, khonturan, jumprit
singit, dan sadhak, dan sebagainya.
BEKTHOR
Permainan
bekthor adalah permainan yang
menggunakan batu/pecahan gerabah/kereweng sebagai alatnya. Bekthor artinya batu yang ditata
(ditumpuk) dari bawah ke atas di tengan lapangan/halaman, kemudian pemain
melempar batu ke arah batu yang ditata tersebut dengan menggunakan kaki. Dan
terdengan bunyi thor. Permainan bekthor mengandung dua unsur gabungan, yakni unsur bermain
dan berolah raga.
Cara bermain bekthor.
Bekthor dimainkan beberapa anak, bisa
sepuluh atau dua puluh anak, masing-masing anak membawa batu/pecahan gerabah/kereweng
yang tidak mudah pecah. Mereka mengadakan hompimpa
untuk menentukan siapa yang akan jadi (menata kembali batu yang berantakan menjadi tumpukan
batu yang tertata, dan menemukan kembali teman yang lari bersembunyi). Setelah hompimpa dilakukan akan diketahui yang
akan jadi. Kemudian mereka
bersama-sama menata batu tersebut. Setelah tertata, salah satu dari mereka
mengambil batu untuk diletakkan di telapak kaki bagian atas (boleh kaki kanan
atau kaki kiri), kemudian dibawa berjalan dengan cara engklek (menggunakan satu kaki). Dan diarahkan ke tumpukan batu
tersebut sampai berantakan. Yang jadi
menata kembali batu yang berserakan, sementara teman yang lain lari
bersembunyi. Waktu yang digunakan untuk bersembunyi tergantung kecepatan menata
kembali batu. Stelah tertata, yang jadi mencari teman yang bersembunyi dan
menjaga agar tumpukan batu tidak diberantakkan oleh taman yang bersembunyi.
Bila tumpukan batu diberantakkan oleh teman yang sembunyi, maka yang jadi harus menata kembali, sedangkan
teman yang lain harus bersembunyi. Namun bila teman yang bersembunyi ditemukan
oleh yang jadi, maka yang jadi harus
segera menyebut nama teman yang ditemukan, dan berlari menuju ke tumpukan batu
untuk diberantakkan menggunakan kaki (ditendang). Maka semua teman harus
kembali untuk memulai permainan daari awal.
DHEG PYAR
Dheg
Pyar
adalah permainan yang menggunakan bithing/shada
sebagai alatnya. Dheg artinya
bithing/shada yang digunakan
diberdirikan menggunakan telapak tangan, dan Pyar adalah suara bithing/shada
yang telah dilepaskan ke bawah.
Cara memainkan Dheg Pyar adalah sebagai berikut. Dheg Pyar dimainkan beberapa anak, putra
atau putri yang duduk membentuk lingkaran. Kemudian secara bergantian memainkan
Dheg Pyar. Pemain pertama memegang bithing/shada dalam jumlah yang telah
ditentukan. Ukuran bithing/shada
antara 10 cm sampai 15 cm. Setelah bithing/shada
dijatuhkan, pemain harus mengambil satu persatu bithing/shada dengan menggunakan bithing/shada yang lain, istilahnya dicuthik. Kejelian, konsentrasi, dan ketepatan mengambil tumpukan bithing/shada sangat dibutuhkan. Karena
pemain tidak boleh menyentuh bithing/shada
yang lain. Bila menyentuh bithing/shada,
maka pemain dinyatakan kalah. Dan berganti dengan pemain yang lain. Kemenangan
ditentukan berapa banyak bithing/shada
yang diambil.
KHONTURAN
Khonturan
adalah permainan anak-anak di Malang pada jaman dulu, dengan menggunakan media
batu. Tempat bermain di halaman atau di tanah lapang. Jumlah pemain tidak
dibatasi, terkadang lima, sepuluh atau lebih.
Cara memainkan Khonturan, Pemain membuat lingkaran dengan diameter 50
cm, dan membuat garis sebagai batas lempar, dengan jarak + 4-5 meter
dari lingkaran. Masing-masing anak harus mempunyai ‘Gico/Gaco’ berupa batu. Semua
pemain harus berada di luar garis. Masing-masing pemain berusaha melemparkan
batu ke arah lingkaran. Dan yang masuk ke dalam lingkaran, atau yang paling
dekat dengan lingkaran dinyatakan menang, sedangkan yang paling jauh dengan
lingkaran dinyatakan kalah.
Pemain yang kalah harus
berusaha memasukkan batunya ke dalam lingkaran dengan cara : 1. Mendekatkan
batu yang dipegang di depan celananya. 2. Berusaha mengayunkan pantatnya ke
depan dengan maksud batu terlempar
mendekati lingkaran. Ada tantangan dari pemain yang dinyatakan menang, yaitu
berhak untuk menjauhkan batu pemain yang kalah dengan cara dilempar dengan batu
msing-masing pemain yang menang agar menjauhi lingkaran. Pemain yang kalah
tetap berupaya untuk mengambil batunya dan berusaha memasukkan batu ke dalam
lingkaran dengan cara yang sama. Sampai batu tersebut masuk lingkaran, maka
permainan dinyatakan selesai. Dan semaua pemain memulai permainan Khonturan dari awal.
JUMPRIT SINGIT
Jumprit Singit
atau Jumpritan adalah di tempat yang lain disebut petak umpet bisa dimainkan oleh minimal
2 orang, namun jika semakin banyak yang bermain maka akan menjadi semakin seru.
Cara bermain permainan ini adalah dimulai dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang akan "Dadi" (bertugas mencari teman-temannya yang bersembunyi). Anak yang "Dadi" ini nantinya akan memejamkan
mata atau berbalik sambil berhitung sampai 10, biasanya dia menghadap tembok,
pohon atau apa saja supaya dia tidak melihat teman-temannya bergerak untuk
bersembunyi (tempat jaga ini memiliki sebutan "Pal" yang berbeda sebutan di setiap daerah). Setelah hitungan
sepuluh (atau hitungan yang telah disepakati bersama, misalnya jika wilayahnya
terbuka, hitungan biasanya ditambah menjadi 15 atau 20) dan setelah
teman-temannya bersembunyi, mulailah anak yang "Dadi" beraksi mencari teman-temannya tersebut.
Urutan permainan ini
adalah (1) "Dadi", anak yang kalah menjadi pencari, ia menutup mata sambil bersandar ke
tiang/dinding sebagai "Pal" dan
menghitung 1 sampai 10, anak-anak lain
cepat-cepat bersembunyi; (2) pada hitungan ke-10, pencari membuka mata dan
mencari teman-temannya, setiap menemukan persembunyian seorang teman, pencari
meneriakkan nama teman itu lalu lari ke "Pal" untuk menepuk "Pal" sambil menyebut nama teman yang ditemukan "Dadi!"; (3) kalau ada satu anak yang bisa
mendahului pencari untuk menepuk "Pal" dan berteriak "Dadi!", artinya anak-anak menang dan pencari
kalah. Pencari harus menutup mata kembali sambil bersandar ke tiang/dinding,
dan permainan diulang
dari awal; (4) kalau tidak anak yang bisa melakukan "Dadi!", maka pencari menang. Anak yang ditemukan
kali pertama, gantian menjadi pencari.
Permainan ini bermanfaat untuk belajar menghitung, melatih motorik kasar, mengasah ketelitian dan kepekaan, melatih kesabaran, mengingat nama, dan belajar mengikuti aturan.
SADHAK
Sadhak
atau disebut juga Slothokan, adalah
permainan perang-perangan yang dimainkan anak-anak menggunakan alat yang
disebut Sadhak. Sadhak
adalah alat yang terbuat dari satu ruas bambu kecil yang lurus, kemudian diisi
oleh kertas yang telah dibasahi air dibuat
seperti peluru bulat kecil yang bisa dimasukkan pada Sadhak. Tidak hanya kertas yang telah diberi air, isi Sadhak dapat pula terbuat dari isi buah
alpukat. Kemudian dengan bantuan bambu yang telah dihaluskan dan disesuaikan
dengan Sadhak, maka peluru kertas
tersebut didorong keluar dengan sepenuh hati ke arah lawan.
Cara memainkan Sadhak, adalah sebagai berikut. Sadhak dimainkan dua kelompok, sepuluh
atau dua puluh anak masing-masing kelompok, semakin banyak semakin seru.
Masing-masing kelompok mempunyai tempat (wilayah), dan saling menyerang ke arah
kelompok yang lain. Syarat yang disepakati, peluru yang dilepaskan tidak boleh
mengenai wajah atau mata. Bila peluru mengenai lawan, maka lawan dinyatakan
kalah/mati, dan tidak boleh mengikuti permainan selanjutnya, menunggu
teman-temannya berkumpul kembali. Kelompok yang paling banyak tidak terkena
peluru, berarti menang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar