BESKALAN
Tari Beskalan Putri merupakan salah
satu Kesenian khas Kota Malang jawa Timur selain Kesenian Topeng
Malangan. Seni Tari yang tidak begitu
sering ditampilkan di depan publik ini merupakan Tarian Ritual atau Tari
Upacara yang bisanya diadakan pada saat ritual yang berkaitan dengan ritus
tanah atau kesuburan tanah (Hidrajat, 2012:1).
Tari Beskalan, jika ditinjau dari
namanya “Beskalan” berasal dari kata “Bakalan” atau dimaknai sebagai seni yang
dipertunjukan di jalanan seperti pengamen pada masa lalu. Tari ini mulai hidup
seiring dengan pesatnya perkembangan Seni Drama Ludruk di Malang yakni pada
kisaran tahun 1930-an, pada awalnya kesenian ini tidak ditarikan oleh seorang
wanita melainkan kesenian ini ditarikan oleh laki-laki yang menggunakan baju
perempuan
Seni Tari Beskalan Putri
ditarikan dengan gerakan yang lincah, dinamis dan feminim sebagai gambaran /
pencitraan tarian seorang perempuan, dalam hal tata busana memadukan gaya
busana penari Gambyong dengan penari Topeng Malangan. Hal ini ditandai dengan
beberapa ciri-ciri, yaitu dari hiasan kepala, busana, bawahan, gerakan, dan
musik pengiring. Hiasan kepalanya dengan cara menata rambut dengan menggunakan
sanggul dan dihias dengan cudhuk menthul yang dihias menggunakan melati.
sedangkan dalam pelaksanaannya tarian ini diiringi oleh Alunan gamelan Jawa
berlaras Slendro.
Tari Beskalan
Putri ini memiliki keistimewaan yaitu tarian ini tetap digunakan oleh
masyarakat sebagai tarian pembuka pada sebuah acara. Hal ini sudah terjadi
sejak Tari Beskalan Putri ini pertama kali muncul dan masih dilakukan hingga
sekarang. Pada zaman dulu, tarian ini digunakan untuk mengawali sebuah ritual
khusus. Ritual tersebut sebagai bentuk penghormatan roh leluhur yaitu Dewi Sri.
Tetapi dengan seiring berjalannya waktu, Tari Beskalan Putri tidak lagi
digunakan sebagai tarian ritual kepada leluhur melainkan digunakan sebagai tarian
pembuka pada acara pernikahan atau penyambutan tamu-tamu. Tari Beskalan Putri
ini merupakan sebuah tarian yang menggambarkan adanya seorang putri yang sedang
berhias untuk mempercantik dirinya (Irawan 2012:1).
Kemudian
gerakan dari koreografi Tarian Beskalan Putri ini disusun dan disempurnakan
kembali oleh Bapak Chattam AR (4 Maret 2013).
BAPANG
Tarian bapang
menceriterakan kisah perjalanan Bapang
Jayasentika adipati Banjarpatoman mneghadap Prabu Klana Sewandana. Bapang
memiliki sifat adigang adigung—sombong,
terlalu membanggakan dirinya sebagai orang yang
kuat dan cerdas, gila sanjungan, menggunakan volume besar, distorsi
topeng yang berlebihan (hidung yang
sangat panjang), serta cara mengenakan jamang terbalik. Di Senggreng Bapang
ditafsirkan sebagai tarian Baladewa memiliki watak pemberani, berangsan. Tarian
bapang dimulai dari Gedruk Gawang yaitu
gerakan kaki menghentak ketanah dua tangannya mempermainkan selambu yang
dipasang pada gawang sebagai pintu memasuki arena pentas. ketika menghentakan
kaki maka gongseng yang dikenakan pada kaki menghasilkan bunyi sesuai dengan
irama gamelan.
Sumber : www.youtube.com
Setelah itu penari
melakukan gerakan yang disebut dengan Gobesan,
yaitu pola gerakan kepala menoleh ke kiri dan ke kanan. Grebeg merupakan pola gerak yang
menggambarkan semangat yang meluap-luap menjadi akhir tarian. solah dalam
tarian bapang memiliki istilah yang merefleksikan stilasi yang sangat rumit
dari gerakan alamiah, antara lain Kalong
Mawas,Nawu, Gajah Meto, Jalak Kecencang, Jipiran Emprit Nebo, Walang
Angkup,Ngawe Rondo, Menjangan Dlusup. Setelah tarian selesai penari mundur
gawang. Penari bapang mengenakan topeng berwarna merah, berhidung panjang,
dengan rincian kostum sebagai berikut Jamang, Topeng, Kalung kace, Kelat Bahu,
Stagen, Sabuk timang, rapek depan &
belakang, Pedangan, Gelang deker, Kasut (kaus kaki), Gongseng. pengenaan
jamang pada topeng bapang dipasangkan
terbalik, ini oleh pelaku pertunjukan dituturkan sebagai symbol sifat congkak,
dan kocak, dan berangsan. Tarian bapang
diiringi dengan permaian gamelan lengkap untuk memainkan gending kalongan laras pelog patet bem. Gending
ini juga disebut gending kempul papat karena
dalam satu gongan terdapat empat kali pukulan Kempul.
Sumber :
www.youtube.com
REMO
MALANGAN
Tari remo merupakan sajian tari yang digunakan untuk
penyambutan tamu
pada
tradisi pertunjukan di Jawa
Timur. Tradisi tari remo melekat pada tradisi
pertunjukan
ludruk, wayang kulit, dan tradisi
tayuban atau tandhakan. Menurut
Munali
Fatah, remo berasal dari kata rimong, yaitu sampur yang dikenakan dengan
cara mengalungkannya di leher, bagian atas sampur menutupi kedua bahu,
sedangkan kedua ujung sampur terjuntai ke bawah sampai tungkai bawah. Pemakaian
sampur ini biasa dilakukan sebagai tradisi penyambutan tamu terhormat atau tamu
resmi negara.
Busana gaya Malangan pada dasarnya juga
sama dengan busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada celananya
yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak disemat dengan jarum.
Musik yang mengiringi Tari Remo
ini adalah gamelan, yang biasanya terdiri atas bonang barung/babok, bonang
penerus, saron, gambang, gender, slentem siter, seruling, kethuk, kenong,
kempul, dan gong. Adapun jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari
Remo adalah Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending
Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru. Dalam
pertunjukan ludruk, penari biasanya menyelakan sebuah lagu di tengah-tengah
tariannya.
GREBEG
JAWA
Tarian
grebeg ini terkait dengan bagaimana pengungkapan prajurit suatu keraaan berangkat
berperang, atau melakukan lawatan negara. Tarian grebeg dilakukan secara
serempak, penari menarikan ragam gerak yang sama. Tarian ini dipetik dari
penggalan Pertunjukan wayang topeng, sehingga ada dua macam grebeg yaitu grebeg
sabrang dan grebeg jawa. Grebeg Sabrang
menggambarkan prajurit sabrang yang sedang bersiap-siap melawat perang. Grebeg
sabrang memiliki karakter gagah dan
cenderung brangsan, biasa tarian grebeg
muncul setelah tarian klana sabrang. Gerak dan karakter
divisualisasikan dengan penggunaan volume gerak besar dan lebar, berkekuatan
penuh tenaga, antara lain gerak srodokan, labas dengan langkah
tegap dan lebar.
Grebeg jawa biasanya
memiliki karakter halus menggambarkan prajurit para satriya yang akan berangkat berperang menampilkan 4 atau lima tokoh
panji antara lain Panji
Pambelah, Panji Pamecut, Panji Gadingan, Panji Pamindu, dan Panji layaran.
Gerakan tarian ini menarikan pola gerak berjalan secara bervariasi,
antaralain gerak Labas,gelap,
atau Kencak. Pola ruang mengacu
pada pola prapatan (segiempat),
memutar melingkar satu kali penuh, dan berputar melingkar berlawanan
arah. pola gerakan melingkar ini sering disebut ngendali.
Sumber : www.youtube.com
Pak Rudi, jamang bapang bisa diperoleh di mana ya? Terimakasih sebelumnya
BalasHapus